Namo Buddhaya
Bulan September telah kami lalui dengan baik, upaya memberikan pelayanan Dhamma kepada umat Buddha senantiasa kami junjung.
Berikut kami laporkan sejumlah kegiatan yang telah kami laksanakan di bulan September 2008.
1. Menghadiri Acara Dimulainya Pembangunan Sekolah Bodhidharma, Senin, 1 September 2008
Sebagai kalyana-mitta dalam pengembangan Buddha-Sasana, sungguh satu kebahagiaan, telah dimulainya pembangunan sebuah sekolah Buddhis yang nantinya akan menampung generasi muda Buddhis, untuk mengenyam pendidikan formal yang sejalan dengan nilai2 Buddhis.
Kami dari Dayaka Sabha Vihara Grha Buddha Manggala, mengucapkan anumodana (turut berbahagia) dan memberikan pengharapan luhur, semoga pembangunan sekolah Bodhidharma dapat berjalan lancar, dan segera beroperasi, semoga kesuksesan selalu melimpah.
2. Puja Bakti Rutin Setiap Rabu, 3 September 2008Di kesempatan yang pas dan baik, di mana pada puja bakti rutin, sangat kebetulan sekali, Bhante Thitayanno yang dikarenakan tertinggal pesawat menuju Pontianak, oleh karenanya beliau bermalam di Vihara dulu, dan menjadi satu hal yang baik, karena para umat yang hadir pada Puja Bakti Rutin dapat mendengarkan uraian Dhamma dari Bhante Thitayanno.
3. Siraman Rohani di Lapas Barelang, Sabtu, 6 September 2008Mulai bulan September 2008, pembinaan Siraman Rohani melibatkan lebih intensif para Guru Agama Buddha di Vihara Grha Buddha Manggala sehingga dapat menjadikan satu wadah bagi para guru untuk melatih diri dalam sharing pengetahuan Dhamma kepada para teman2 di Lapas, begitu pula dengan beberapa rekan di dalam Struktur Dayaka Sabha Vihara Grha Buddha Manggala yang telah terdaftar sebagai Pembina Umat Buddha Lapas Barelang turut aktif dalam mengisi sesi Ceramah ataupun Diskusi.
Seperti berikut, Upc. Jumadi Kiran selaku Ketua Dayaka Sabha Vihara Grha Buddha Manggala, memimpin Diskusi Dhamma bersama Umat Buddha di Lapas.
Seperti berikut pula, Dr. Fisher Iwan, Sp.RM selaku Wakil Ketua 1 Dayaka Sabha Vihara Grha Buddha Manggala, turut memberikan sharing materi Manfaat Meditasi dan Hidup Sehat, hal ini menjadi satu topik menarik, di mana teman2 sangat antusias bertanya bagaimana pola hidup sehat dalam lapas, yang jelas2 kondisi di dalam lapas sangat minim, pesan Dokter Fisher, mulailah dari diri sendiri untuk hidup sehat, dengan cara bersihkan badan teratur, membersihkan tempat tidur dengan rutin serta tidak lupa untuk menjemurnya.
Juga menjadi satu kesempatan yang baik, bagi teman2 Buddhis yang wanita dapat berjumpa dengan Dr. Imelda, istri dari Dr. Fisher Iwan, Sp.RM, mereka melakukan konsultasi pribadi.
4. Penyuluhan Dhammaduta se-Kota Batam, Sabtu, 20 September 2008Sesuai dengan program yang telah disusun oleh Lembaga Pembinaan Keagamaan Buddha Kota Batam, Bpk. Sudir, S.Pd selaku Ketua, dan dibantu oleh PMd. Suwarno, ST. selaku Sekretaris mencoba menyusun agenda perdana dari lembaga yang baru dibentuk ini, yaitu dengan mengadakan Penyuluhan Dhammaduta, untuk memberikan bekal bagi para Dhammaduta untuk lebih memiliki pengertian yang mendasar Bagaimana menjadi Dhammaduta yang Sejati.
Bapak Sudir, S.Pd selaku ketua mengawali dengan Laporan Kegiatan Penyuluhan Dhammaduta ini, di mana adalah satu kewajiban bersama untuk melayani umat Buddha se-kota Batam yang memiliki keragaman mazhab/sekte, di mana Batam cukup dikenal sebagai kota yang memiliki populasi penduduk beragama Buddha yang cukup tinggi, sehingga hal ini menjadi satu kewajiban para Dhammaduta untuk membina umat Buddha melaksanakan nilai-nilai ajaran Buddha dengan baik, sesuai dengan Kitab Suci Agama Buddha yaitu Tipitaka.
Acara dibuka oleh Bapak Asmin Patros, SH., M.Hum, yang mana beliau juga merupakan seorang aktivis Buddhis yang duduk sebagai anggota DPRD Kota Batam, beliau memberikan semangat kepada para Dhammaduta untuk terus mengembangkan diri demi kemajuan diri sendiri, dan tentunya wajib diaktualisasikan dalam pengembangan Agama Buddha di masyarakat. Apalagi saat ini perkembangan Agama Buddha bisa dikatakan "perlu" mendapat satu perhatian khususnya di Kota Batam, di mana peranan Dhammaduta akan sangat memegang peranan penting dalam melayani umat Buddha itu sendiri, jangan sampai umat Buddha dilayani oleh pihak lain.
Selanjutnya acara penyematan tanda peserta oleh sejumlah sesepuh/tokoh Buddhis di Kota Batam seperti: Bpk. Rudi Tan, Bpk. Acui, Bpk. Asmin Patros, dan PMd. Santoso.
Ada tiga pembicara diantaranya:
a. Bhikkhu Thitayanno mewakili dari Bhikkhu SanghaTopik : "Agama Buddha dan Misionarisme"
Bhante menguraikan bagaimana asal muasal Dhammaduta, dan kapan dimulainya misi pengembangan Dhamma dilakukan oleh para murid Sang Buddha Gotama sesuai dengan acuan dari Tipitaka. Ada satu pertanyaan menarik yang dilontarkan oleh salah seorang peserta yaitu: Bpk. Lasiman, S.Ag dan Bpk. Marsudi, S.Ag, bagaimana kita bisa menjadi Dhammaduta, sedangkan kami para umat awam masih belum mencapai kesucian, apakah bukan berarti kami orang buta yang menuntun orang buta. Bhante dengan bijaksana menjawab, Bhante pun juga belum mencapai kesucian, namun hendaknya kita yang mengetahui Dhamma itu indah, Dhamma itu baik apabila dilaksanakan, tentu akan menjadi sangat baik sekali apabila Dhamma itu kita bagi dengan sesama demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.
b. PMd. Suwarno, ST mewakili dari Pandita Topik : "Teknik Dhammadesana"
Romo Pandita Suwarno dalam uraiannya yang singkat tentang Teknik Dhammadesana yang mengacu pada salah satu artikel Dhamma yang ditulis oleh Bhante Uttamo, bahwa pada intinya seorang Dhammaduta dalam memberikan uraian Dhamma hendaknya fokus pada satu tujuan, memberikan muatan isi yang sarat dengan Dhamma dan mengacu pada Tipitaka, serta membuat bagaimana peserta dapat memahaminya dengan baik, bukan asal selesai/jadi.
c. Dr. Fisher Iwan, Sp.RM mewakili Praktisi BuddhisTopik : "Meditasi dan Kesehatan"
Dokter Fisher dengan gayanya yang santai dan humoris, membuat suasana ngantuk dan lapar karena sudah mendekati jam makan siang, memberikan pemaparan yang mudah dipahami oleh peserta, tentang bagaimana meditasi dari sudut pandang medis, bagaimana praktisi meditasi bisa melatih meditasi dengan benar, apa saja guide-nya, dan tentunya apa manfaat meditasi dari segi medis. Hal ini menjadi sangat penting bagi para Dhammaduta supaya memiliki wawasan lebih tentang meditasi dengan ditinjau dari segi medis, sehingga kelak dapat menjawab tantangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang kian maju, sedang meditasi itu sendiri menjadi INTI ajaran Para Buddha, bagaimana seorang Dhammaduta dapat selalu mengutamakan dan mengajak para umat Buddha untuk mengikuti jalan Sang Buddha dalam merealisasikan Nibbana yaitu dengan membiasakan meditasi dalam praktek sehari-hari.
4. Pelatihan / Orientasi Pandita Tingkat Propinsi Kepulauan Riau, 26-28 September 2008Bapak Widya Wimamsidi, S.Ag, M.Pd selaku Bimas Buddha Prop. Kepri mengemban satu tugas yang mulia, dengan satu tujuan yang mulia, mencoba mengajak para Pandita di Kepri untuk berkumpul bersama, mengasah kembali ilmu serta konsolidasi para pandita Agama Buddha se-Kepulauan Riau, dengan dihadiri sejumlah perwakilan yaitu:
1. Kabupaten Bintan
2. Kabupaten Natuna
3. Kabupaten Lingga
4. Kabupaten Karimun
5. Kota Batam
6. Kota Tanjung Pinang
Perwakilan yang hadir dari beberapa majelis dan non-majelis yaitu:
1. Majelis Buddhayana Indonesia
2. Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia
3. Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia
4. Pembimas Buddha tingkat Kabupaten dan Kota
5. Guru Agama Buddha di Kepri
6. Aktivis Buddhis tingkat Kabupaten
Acara dibuka oleh Kepala Kanwil Depag Kepri Bapak Drs. H. Razali, beliau memaparkan materi berkaitan dengan Pengembangan Pembinaan Agama, di mana beliau merasa sangat senang dapat dibantu oleh para Pandita dalam membangun masyarakat Kepri yang agamis.
Selanjutnya pemaparan oleh Kabag TU Kanwil Depag Kepri Bapak Drs. H. Handarlin mengupas tentang SKB Mentri Agama dan Mentri Dalam Negri.
Kemudian pemaparan tentang Sila dan Etika Pandita oleh Romo PMd. Dwi Prayitno, hal ini menjadi satu ajang membuka wacana baru bagi para peserta, di mana peserta dari sejumlah majelis menjadi memiliki pengetahuan tambahan, bahwa tiap Pandita wajib menjunjung tinggi Etika Pandita yang telah diucapkan pertama kali saat diangkat menjadi Pandita.
Keesokannya, pada hari Sabtu, PMd. Suwarno, ST hadir sebagai pembicara dengan topik "Efektivitas Pandita dalam Menghadapi Era Globalisasi".
Dengan menggunakan animasi yang menarik, Romo Pandita Muda Suwarno mencoba mengajak para peserta untuk memahami seperti apakah kondisi masyarakat di era Globalisasi ini, apa maksud dari Era Globalisasi. Cukup antusias dari para peserta menyimak slide-demi-slide, hingga pada sesi tanya jawab banyak sekali pertanyaan yang bermunculan, seputar bagaimana seorang Pandita dapat menyampaikan Dhamma dengan menarik semisal menggunakan slide powerpoint, bagaimana bisa membuat animasi2 sehingga bisa menjelaskan dalam bentuk visualisasi, bahkan pertanyaan melebar, hingga persoalan Penyebutan Salam Namo Buddhaya dan Namo Sanghyang Adi Buddha, Romo Pandita Suwarno, menjelaskan bahwa salam yang baku adalah Namo Buddhaya, namun pertanyaan muncul kembali.. ada dari dua Pandita yang memberikan unek-uneknya... mereka merasa ada konflik dalam batin ketika mengucapkan Namo Sanghyang, bagaimana sebaiknya. Romo Suwarno berusaha menjawab dengan baik dan bijak, bahwasanya penyebutan Namo Sanghyang.. sebagai salam adalah satu kewajaran dan hal yang umum, namun timbulnya konflik batin inilah yang harus diobati, dengan cara mencari tahu apa asal muasal Namo Sanghyang tersebut... dan apa yang menjadi dasar acuannya, apabila hal itu sejalan dengan pemahaman kita, maka tidak menjadi satu masalah untuk diikuti, namun apabila tidak sejalan, adalah pilihan kita untuk melangkah.
Pertanyaan kedua muncul dengan lugas, seorang pandita bertanya... apabila saat ini dia berkecimpung dalam vihara yang berada di bawah naungan satu majelis X, apakah diperkenankan dia bergabung dengan MAGABUDHI, tentu hal ini menjadi satu pertanyaan yang gampang-gampang sulit untuk dijawab, Romo Pandita Muda Suwarno menjawab bahwa secara organisasi dan administrasi-nya akan menjadi sangat sulit dilakukan, kita harus menggunakan Panna kita, bahwa seorang Pandita memiliki satu kewajiban menjaga ketentraman dan ketenangan dalam lingkungan umat Buddha, oleh karenanya apabila dipertimbangkan akan membawa dampak yang kurang baik, maka sebaiknya niat itu dapat ditunda dulu, namun tidaklah menghentikan upaya untuk selalu berkarya dalam Dhamma demi kebaikan umat Buddha, walaupun mereka berbeda majelis, mereka adalah Umat Buddha. Hingga unek2 pribadi dari beberapa pandita disampaikan, banyak sekali dari para peserta yang dulunya adalah berasal dari satu daerah yang dibina oleh MAGABUDHI, namun karena tuntutan pekerjaan mengharuskan mereka "menyeberang". Mereka cukup antusias untuk bergabung ke dalam MAGABUDHI. Besar harapan dari kami yang merupakan anggota MAGABUDHI, menjadi satu kehormatan bagi kami, para pandita bisa bergabung, namun juga menjadi satu kebahagiaan bagi kami, para pandita tetap berkarya dalam majelis masing2 demi Pelestarian Ajaran Buddha di mana pun berada.
Malamnya, Romo Pandita Muda Suni menggantikan Bapak Hengki yang berhalangan hadir untuk mempresentasikan sebuah makalah Membangun Kebersamaan Pengembangan Buddha Dhamma di Kepulauan Riau, dalam pemaparannya, Romo Suni menekankan betapa pentingnya dalam mengembangkan Buddha-Dhamma untuk dapat menghormati tradisi setempat, tepatnya di Kepri, yang mana mayoritas penduduknya adalah Tionghoa, maka dari itu tradisi Tionghoa sangat mengakar dengan kuat, sehingga pembinaan Buddha-Dhamma akan menjadi lebih baik apabila dengan tetap menghargai pelaksanaan tradisi Tionghoa tersebut bagi pemeluk agama Buddha yang masih menjalankan tradisi tersebut. Ada sejumlah upacara atau hari-hari Besar dalam Tradisi Tionghoa yang bisa "disejalankan" dengan Buddha Dhamma dalam perayaan atau peringatannya, dengan tujuan supaya umat Buddha Tionghoa selalu merasakan bahwa Agama Buddha tidak bertentangan dengan tradisi yang sudah berjalan sekian generasi turun temurun.
Pada hari terakhir, pagi hari kami melakukan Diskusi Kelompok yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Kelompok A membahas bagaimana Peran Pandita dalam Mendukung Kehidupan Umat Beragama, yang diketuai oleh: Bapak Marsudi, S.Ag.
2. Kelompok B membahas bagaimana Peran Pandita dalam menciptakan Keviharaan yang Dinamis, Harmonis dan Spiritualis, yang diketuai oleh: Bapak Ngateman, S.Ag.
Demikianlah yang bisa kami sampaikan... selamat berjumpa lagi di Bulan Oktober.. di mana para bhikkhu akan segera mengakhiri masa vassa, tentu hal ini akan menjadi satu keceriaan yang baru bagi para umat Buddha untuk berduyun-duyun melakukan Kathina-Dana kepada anggota Sangha.
Mari kita tunggu pengumuman menarik dari Vihara Grha Buddha Manggala... sampai jumpa.
Salam metta,
Dayaka Sabha Vihara Grha Buddha Manggala