Pada tanggal 08
Desember 2013 yang lalu tepatnya Minggu Malam Pukul 19:00 – 21:00 di
Dhammasala Grha Buddha Manggala diadakan Belajar Bersama Abhidhamma bersama
P.Md Suwarno S.T. Kegiatan ini dilakukan semata-mata agar umat Buddha VGBM
tidak merasa asing dengan Abhidhamma yang merupakan salah satu ajaran yang
pernah diajarkan oleh Buddha di surge Tavatimsa. Seperti biasa setelah
Puja-Bakti bersama barulah kegiatan ini dilaksanakan.
Untuk mengenal secara
singkat berikut kami menyadur dari sumber http://www.samaggi-phala.or.id
tentang Abhidhamma Pitaka:
|
|
Sebelum diketahui
isinya diduga bahwa Abhidhamma berarti ‘metafisika’. Kita kini mengetahui
bahwa ini bukan filsafat yang sistematis, melainkan penyajian khusus tentang
Dhamma seperti terdapat dalam Sutta-Pitaka. Pada umumnya, isinya terdapat
dalam sutta-sutta, akan tetapi diuraikan dalam bagian ini dalam bentuk
tanya-jawab yang terperinci.
|
|
Kebanyakan bersifat
kejiwaan dan logika; di dalamnya, ajaran-ajaran pokok tidak dibahas tetapi
diterima sebagaimana adanya.
|
|
1.
|
Dhammasangani.
“Perincian dhamma-dhamma”, yakni unsur-unsur atau proses-proses batin.
|
2.
|
Vibhanga. “Perbedaan
atau penetapan”. Pendalaman mengenai soal-soal di atas.
|
3.
|
Dhatukatha. “Pembahasan
mengenai unsur-unsur”. Mengenai unsur-unsur batin dan hubungannya dengan
kategori lain.
|
4.
|
Puggalapaññatti.
“Penjelasan mengenai orang-orang”, terutama menurut tahap-tahap pencapaian
mereka sepanjang Jalan.
|
5.
|
Kathavatthu.
“Pokok-pokok pembahasan”, pembahasan dan bukti-bukti kekeliruan dari berbagai
sekte (aliran -aliran).
|
6.
|
Yamaka. “Kitab
pasangan”, yang oleh Geiger disebut logika terapan. Pokok masalahnya adalah
psikologi dan uraiannya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan berpasangan.
|
7.
|
Patthana. “Kitab
hubungan”, analisa mengenai hubungan-hubungan (sebab-sebab dan sebagainya)
dari benda-benda dalam dua puluh empat kelompok.
|
Sejarah Pembabaran Abhidhamma
Setelah
Sang Buddha memperlihatkan kesaktianNya, Beliau merenung dan mengetahui bahwa
Para Buddha sebelumNya sesudah memperlihatkan kesaktian akan pergi ke Surga
Tavatimsa untuk membabarkan Abhidhamma kepada ibuNya. Karena itulah Sang Buddha
Gotama pergi ke Surga Tavatimsa, duduk di Singgasana Batu Permata Kuning,
Pamdukambla Sila, membabarkan Abhidhamma kepada ibuNya yang telah menjadi dewa
dan juga kepada para dewa lainnya.
Pada saat itu pula banyak umat
yang mencari Sang Buddha, ingin bertemu, tetapi mereka tidak menjumpaiNya,
seperti juga rembulan yang baru saja terbenam. Mereka berpikir bahwa Sang
Buddha menyenangi kesunyian dan meninggalkan mereka pergi ke kerajaan atau
negara lain dan tidak akan kembali lagi, mereka mulai menangis dan meratap.
Mereka lalu bertanya kepada
Yang Mulia Moggallana : “Ke manakah Sang Guru pergi, Bhante?”
Meskipun Yang Mulia Moggallana
sendiri mengetahui dengan baik ke mana Sang Guru pergi, ia berpikir biarlah
kesaktian siswa yang lainnya juga menjadi terkenal, maka Beliau menjawab :
“Tanyakan kepada Yang Mulia Anuruddha.”
Kemudian mereka bertanya kepada
Yang Mulia Anuruddha : “Yang Mulia, ke manakah Sang Guru pergi?”
Yang Mulia Anuruddha menjawab :
“Beliau memasuki Surga Tavatimsa, duduk di Singgasana Batu Permata Kuning;
membabarkan Abhidhamma kepada ibuNya.”
“Kapan Sang Guru kembali,
Bhante?”
“Sang Buddha akan membabarkan
Abhidhamma selama tiga bulan dan Beliau akan kembali pada hari Festival
Pavarana.”
Mereka lalu bersama-sama
bertekad : “Kami tidak akan pergi, sampai kami dapat bertemu Sang Guru Agung.”
Kemudian mereka mendirikan
tenda-tenda menunggu sampai Sang Buddha kembali.
Sebelum Sang Buddha pergi ke
Surga Tavatimsa, Beliau telah meminta Yang Mulia Moggallana untuk membabarkan
Dhamma kepada masyarakat, dan meminta kepada Culla Anathapindika untuk
menyediakan makanan untuk mereka. Karena itulah, selama tiga bulan, Culla
Anathapindika menyediakan minuman dan makanan berupa bubur dan makanan padat
lainnya, juga dipenuhi bunga-bungaan, wangi-wangian dan hiasan-hiasan. Yang
Mulia Moggallana membabarkan Dhamma kepada mereka dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari semua yang datang untuk menyaksikan keajaiban ini.
Ketika Sang Buddha berada di
Surga Tavatimsa, Beliau duduk di Singgasana Batu Permata Kuning membabarkan
Abhidhamma kepada ibuNya dan para dewa dari alam sepuluh ribu dewa mengelilingi
dan duduk di hadapanNya.
Pada saat Sang Buddha duduk,
sinar beraneka warna memancar keluar dari seluruh tubuhNya, menyinari seluruh
dewa yang hadir, ibuNya keluar dari Istana Alam Dewa Tusita, menghampiri Sang
Buddha dan duduk di sisi sebelah kanan dan Ankura di sebelah kiriNya. Ketika
kekuatan para dewa itu bergabung, Ankura menyingkir dan duduk sejauh dua belas
yojana.
Pada saat Indaka duduk di sisi
kanan Sang Buddha, Beliau kemudian memperhatikan keduanya, dan bercerita
tentang masa lampau mereka, tentang perbuatan baik yang telah mereka perbuat
pada kehidupan yang lampau.
Sang Buddha duduk di
tengah-tengah para dewa yang mengelilinginya dan untuk kebaikan dari ibuNya,
Sang Guru mulai menerangkan tentang Abhidhamma, dimulai dengan kata-kata :
“Segala sesuatu ada yang baik, segala sesuatu ada yang buruk, segala sesuatu
ada yang tidak baik juga tidak buruk.”
Dan selama tiga bulan tanpa
berhenti, Sang Buddha membabarkan Abhidhamma.
Ketika tiba waktunya untuk
menerima dana makanan, Beliau menciptakan kembaranNya dan berkata, “Ajarkanlah
Dhamma sampai Aku kembali.”
Beliau sendiri menuju ke
Himalaya dan sesudah membersihkan gigi dan mulut dengan air dari Danau
Anotatta, Beliau menerima dana dari Uttarakuru, lalu duduk di sebuah taman dan
mulai menyantap makananNya.
Sementara itu Yang Mulia
Sariputta pergi ke Surga Tavatimsa dan menunggu Sang Buddha. Ketika Sang Guru
menyelesaikan makanNya, Beliau membabarkan Abhidhamma kepada Yang Mulia
Sariputta. Sesudah mendengar sendiri dari mulut Sang Buddha, beliau kembali ke
Alam Manusia dan membabarkan Abhidhamma kepada lima ratus bhikkhu yang mengiringinya.
Kelima ratus bhikkhu inilah yang menerima untuk pertama kalinya Abhidhamma.
Mereka disebut Abhidhammabhanaka (Yang Mengerti Abhidhamma).
Sang Buddha melanjutkan
pembabaran Abhidhamma selama tiga bulan lamanya. Pada akhir pembabaran
Abhidhamma ini, delapan ratus ribu dari jutaan dewa memperoleh pengertian yang
benar tentang Ajaran Sang Buddha, dan Maha Maya mencapai Tingkat Kesucian
Pertama (Sotapanna).
Dan berikut Documentasi kami: