Thursday 19 December 2013

Belajar Abhidhamma Bersama di VGBM Bersama PMd. Suwarno, ST.

Pada tanggal 08 Desember 2013 yang lalu tepatnya Minggu Malam Pukul 19:00 – 21:00 di Dhammasala Grha Buddha Manggala diadakan Belajar Bersama Abhidhamma bersama P.Md Suwarno S.T. Kegiatan ini dilakukan semata-mata agar umat Buddha VGBM tidak merasa asing dengan Abhidhamma yang merupakan salah satu ajaran yang pernah diajarkan oleh Buddha di surge Tavatimsa. Seperti biasa setelah Puja-Bakti bersama barulah kegiatan ini dilaksanakan. 


Untuk mengenal secara singkat berikut kami menyadur dari sumber http://www.samaggi-phala.or.id tentang Abhidhamma Pitaka:

Sebelum diketahui isinya diduga bahwa Abhidhamma berarti ‘metafisika’. Kita kini mengetahui bahwa ini bukan filsafat yang sistematis, melainkan penyajian khusus tentang Dhamma seperti terdapat dalam Sutta-Pitaka. Pada umumnya, isinya terdapat dalam sutta-sutta, akan tetapi diuraikan dalam bagian ini dalam bentuk tanya-jawab yang terperinci.
Kebanyakan bersifat kejiwaan dan logika; di dalamnya, ajaran-ajaran pokok tidak dibahas tetapi diterima sebagaimana adanya.
1.
Dhammasangani. “Perincian dhamma-dhamma”, yakni unsur-unsur atau proses-proses batin.
2.
Vibhanga. “Perbedaan atau penetapan”. Pendalaman mengenai soal-soal di atas.

3.
Dhatukatha. “Pembahasan mengenai unsur-unsur”. Mengenai unsur-unsur batin dan hubungannya dengan kategori lain.
4.
Puggalapaññatti. “Penjelasan mengenai orang-orang”, terutama menurut tahap-tahap pencapaian mereka sepanjang Jalan.
5.
Kathavatthu. “Pokok-pokok pembahasan”, pembahasan dan bukti-bukti kekeliruan dari berbagai sekte (aliran -aliran).
6.
Yamaka. “Kitab pasangan”, yang oleh Geiger disebut logika terapan. Pokok masalahnya adalah psikologi dan uraiannya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan berpasangan.
7.
Patthana. “Kitab hubungan”, analisa mengenai hubungan-hubungan (sebab-sebab dan sebagainya) dari benda-benda dalam dua puluh empat kelompok.

Sejarah Pembabaran Abhidhamma

Setelah Sang Buddha memperlihatkan kesaktianNya, Beliau merenung dan mengetahui bahwa Para Buddha sebelumNya sesudah memperlihatkan kesaktian akan pergi ke Surga Tavatimsa untuk membabarkan Abhidhamma kepada ibuNya. Karena itulah Sang Buddha Gotama pergi ke Surga Tavatimsa, duduk di Singgasana Batu Permata Kuning, Pamdukambla Sila, membabarkan Abhidhamma kepada ibuNya yang telah menjadi dewa dan juga kepada para dewa lainnya.
Pada saat itu pula banyak umat yang mencari Sang Buddha, ingin bertemu, tetapi mereka tidak menjumpaiNya, seperti juga rembulan yang baru saja terbenam. Mereka berpikir bahwa Sang Buddha menyenangi kesunyian dan meninggalkan mereka pergi ke kerajaan atau negara lain dan tidak akan kembali lagi, mereka mulai menangis dan meratap.
Mereka lalu bertanya kepada Yang Mulia Moggallana : “Ke manakah Sang Guru pergi, Bhante?”
Meskipun Yang Mulia Moggallana sendiri mengetahui dengan baik ke mana Sang Guru pergi, ia berpikir biarlah kesaktian siswa yang lainnya juga menjadi terkenal, maka Beliau menjawab : “Tanyakan kepada Yang Mulia Anuruddha.”
Kemudian mereka bertanya kepada Yang Mulia Anuruddha : “Yang Mulia, ke manakah Sang Guru pergi?”
Yang Mulia Anuruddha menjawab : “Beliau memasuki Surga Tavatimsa, duduk di Singgasana Batu Permata Kuning; membabarkan Abhidhamma kepada ibuNya.”
“Kapan Sang Guru kembali, Bhante?”
“Sang Buddha akan membabarkan Abhidhamma selama tiga bulan dan Beliau akan kembali pada hari Festival Pavarana.”
Mereka lalu bersama-sama bertekad : “Kami tidak akan pergi, sampai kami dapat bertemu Sang Guru Agung.”
Kemudian mereka mendirikan tenda-tenda menunggu sampai Sang Buddha kembali.
Sebelum Sang Buddha pergi ke Surga Tavatimsa, Beliau telah meminta Yang Mulia Moggallana untuk membabarkan Dhamma kepada masyarakat, dan meminta kepada Culla Anathapindika untuk menyediakan makanan untuk mereka. Karena itulah, selama tiga bulan, Culla Anathapindika menyediakan minuman dan makanan berupa bubur dan makanan padat lainnya, juga dipenuhi bunga-bungaan, wangi-wangian dan hiasan-hiasan. Yang Mulia Moggallana membabarkan Dhamma kepada mereka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari semua yang datang untuk menyaksikan keajaiban ini.
Ketika Sang Buddha berada di Surga Tavatimsa, Beliau duduk di Singgasana Batu Permata Kuning membabarkan Abhidhamma kepada ibuNya dan para dewa dari alam sepuluh ribu dewa mengelilingi dan duduk di hadapanNya.
Pada saat Sang Buddha duduk, sinar beraneka warna memancar keluar dari seluruh tubuhNya, menyinari seluruh dewa yang hadir, ibuNya keluar dari Istana Alam Dewa Tusita, menghampiri Sang Buddha dan duduk di sisi sebelah kanan dan Ankura di sebelah kiriNya. Ketika kekuatan para dewa itu bergabung, Ankura menyingkir dan duduk sejauh dua belas yojana.
Pada saat Indaka duduk di sisi kanan Sang Buddha, Beliau kemudian memperhatikan keduanya, dan bercerita tentang masa lampau mereka, tentang perbuatan baik yang telah mereka perbuat pada kehidupan yang lampau.
Sang Buddha duduk di tengah-tengah para dewa yang mengelilinginya dan untuk kebaikan dari ibuNya, Sang Guru mulai menerangkan tentang Abhidhamma, dimulai dengan kata-kata : “Segala sesuatu ada yang baik, segala sesuatu ada yang buruk, segala sesuatu ada yang tidak baik juga tidak buruk.”
Dan selama tiga bulan tanpa berhenti, Sang Buddha membabarkan Abhidhamma.
Ketika tiba waktunya untuk menerima dana makanan, Beliau menciptakan kembaranNya dan berkata, “Ajarkanlah Dhamma sampai Aku kembali.”
Beliau sendiri menuju ke Himalaya dan sesudah membersihkan gigi dan mulut dengan air dari Danau Anotatta, Beliau menerima dana dari Uttarakuru, lalu duduk di sebuah taman dan mulai menyantap makananNya.
Sementara itu Yang Mulia Sariputta pergi ke Surga Tavatimsa dan menunggu Sang Buddha. Ketika Sang Guru menyelesaikan makanNya, Beliau membabarkan Abhidhamma kepada Yang Mulia Sariputta. Sesudah mendengar sendiri dari mulut Sang Buddha, beliau kembali ke Alam Manusia dan membabarkan Abhidhamma kepada lima ratus bhikkhu yang mengiringinya. Kelima ratus bhikkhu inilah yang menerima untuk pertama kalinya Abhidhamma. Mereka disebut Abhidhammabhanaka (Yang Mengerti Abhidhamma).
Sang Buddha melanjutkan pembabaran Abhidhamma selama tiga bulan lamanya. Pada akhir pembabaran Abhidhamma ini, delapan ratus ribu dari jutaan dewa memperoleh pengertian yang benar tentang Ajaran Sang Buddha, dan Maha Maya mencapai Tingkat Kesucian Pertama (Sotapanna).

Dan berikut Documentasi kami: