Tuesday, 27 August 2019


ANTARA KEWAJIBAN DAN BALAS BUDI 


Jasa orang tua amat besar dan sulit terbalas oleh anak-anaknya selama hidupnya. Dalam Anguttara Nikaya Bab IV ayat 2 Sang Buddha memberikan perumpamaan sebagai berikut : “Bila seorang anak menggendong ayahnya dipundak kiri dan ibunya di pundak kanan selama seratus tahun, maka anak tersebut belum cukup membalas jasa kebaikan yang mendalam dari orangtuanya.” Anak-anak amat berhutang budi kepada orangtuanya. Tanpa kasih sayang dan pengorbanan orangtua, anak-anak tidak mungkin dapat hidup bahagia. 

Sang Buddha pernah mengatakan bahwa orangtua laksana “Brahma” bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu, anak-anak seyogyanya berbakti kepada orangtuanya. Anak-anak seyogyanya merasa gembira dan bahagia bila berkumpul dengan orangtuanya. Anak-anak seyogyanya berlaku baik dan sopan terhadap orangtuanya.
Dalam Dhammapada bab XXIII ayat 332, Sang Buddha bersabda, “Berlaku baik terhadap ibu merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini; berlaku baik terhadap ayah juga merupakan kebahagiaan. Berlaku baik terhadap pertapa merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini, berlaku baik terhadap Para Ariya juga merupakan kebahagiaan.”

Anak–anak seyogyanya berusaha melakukan kewajibannya sebagai anak dengan sebaik-baiknya. Dalam Sigalovada Sutta diuraikan mengenai 5 macam kewajiban anak kepada orangtuanya, yaitu,
  1. Merawat dan menunjang kehidupan orangtuanya terutama dihari tua mereka.
  2. Membantu menyelesaikan urusan-urusan orangtuanya.
  3.  Menjaga nama baik dan kehormatan keluarganya.
  4. Mempertahankan kekayaan keluarga, tidak menghambur-hamburkan harta orangtua dengan sia-sia.
  5. Memberikan jasa-jasa kebahagiaan kepada orangtuanya yang telah meninggal dunia, seperti pelimpahan jasa (Pattidana).

Meskipun seorang anak telah melakukan lima kewajiban kepada orangtuanya, namun ini belum bisa dikatakan telah membalas Budi orangtua.
Balas Budi Anak kepada Orang Tua dalam agama Buddha adalah merubah orang tua menjadi lebih baik dalam:
1.   Saddha/Keyakinan
Mendorong orangtuanya yang tadinya tidak percaya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam keyakinan. Mendorong orangtua yang belum mempunyai keyakinan terhadap Tiratana (Buddha, Dhamma dan Sangha) menjadi mempunyai keyakinan kepada Tiratana.
2.   Sila/Moralitas
Mendorong orangtuanya yang tadinya tidak bermoral, membiasakan dan mengukuhkan mereka menjadi bermoraL
3.  Caga/Kedermawanan
Mendorong orangtuanya yang tadinya kikir/pelit, membiasakan dan mengukuhkan mereka menjadi dermawan
4. Panna/Kebijaksanaan
Mendorong orangtuanya yang bodoh batinnya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kebijaksanaan.

Tuesday, 10 May 2016

Undangan Terbuka Untuk Semua Umat Buddha

Sotthi Hotu
Namo Buddhaya
Vihara Grha Buddha Manggala mengundang kepada seluruh umat Buddha untuk memperingati & merayakan Hari Raya Waisak 2560 BE/2016 pada:
> hari Minggu, 22 Mei 2016
> pukul 03.30 WIB - selesai (puja bakti detik-detik Waisak)
> pukul 18.00 WIB - selesai (Perayaan Waisak)
> tempat Vihara Grha Buddha Manggala
> Jangan lupa hadir & disarankan untuk mengenakan pakaian sopan dengan pakaian atas berwarna putih dan bawahan hitam, demi kemeriahan Waisak kita bersama ^_^
Demikian info dari kami
Selamat Hari Raya Tri Suci Waisak 2560 BE/2016
Semoga berkah Tiratana melindungi kita semua
(info Adm Vgbm)

Sunday, 3 April 2016

Pasamuan Cabang II/2016 MAGABUDHI PC kota Batam

Batam, 03 April 2016, tepatnya hari Minggu, dilaksanakan di gedung lantai satu Vihara Grha Buddha Manggala Batam, telah diadakan Pasamuan Cabang II Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia Pengurus Cabang (MAGABUDHI PC) kota Batam. 

Pasamuan ini beragendakan tiga hal yaitu:
1. Pembacaan LPJ Pengurus Cabang periode 2011 - 2016
2. Penyusunan Program Kerja 2016 - 2021
3. Pembentukan Pengurus Cabang 2016 - 2021

Suatu kebahagiaan karena Pasamuan ini sukses dilaksanakan kurang lebih selama empat jam. Selain kompaknya anggota MAGABUDHI yang hadir pada Pasamuan tersebut, juga di hadiri oleh Pengurus Daerah MAGABUDHI. Beberapa tamu undangan yang hadir diantaranya; dari Penyelenggara Bimas Buddha Kantor Kementerian Agama kota Batam yaitu bapak Kodho Eko Prayogo, S.Ag. yang sekaligus memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Beliau sangat mengapresiasi Pasamuan Cabang II ini dan memberikan ucapan terimakasih atas pengabdian kepengurusan yang lama, yaitu diketuai oleh Romo PMy. Suwarno, ST., MM. Beliau juga mengucapkan selamat atas terbentuknya regenerasi kepengurusan baru periode 2016 - 2021 yang di pimpin oleh ketua terpilih yaitu Romo PMd. Kadim, ST.

Sedangkan Ketua MAGABUDHI Pengurus Daerah yaitu Ramani PMd. Tintin, menekankan akan pentingnya kerja sama dalam kepengurusan, diumpamakan seperti "organ tubuh" apabila salah satu "organ tubuh" ada yang tidak beres maka berdampak pada semuanya. 

Hal yang lebih penting lagi, Padesanayaka Kepulauan Riau yaitu Bhikkhu Guttadhammo Thera dalam sambutan sekaligus pembuka Pasamuan Cabang II. Beliau menekankan akan pentingnya Dhamma ajaran Sang Buddha sebagai landasan untuk hidup berorganisasi. Beliau mengutip salah satu Sutta yang diajarkan oleh Sang Buddha yaitu Saraniya-dhamma-sutta. Dalam Sutta tersebut terdapat Enam Penyebab Kerukunan dalam kelompok yaitu; Berbicara/berkomunikasi dengan cinta kasih, bertindak dengan cinta kasih, berpikir dengan cinta kasih, bermoral/etika, berbagi/dermawan, dan berpengetahuan/kebijaksanaan. Beliau juga menjelaskan tentang perumpamaan "organ tubuh" dan menekankan pentingnya kebersamaan dalam kelompok, karena semua individu dalam kelompok mempunyai peranan berdasarkan potensi individu masing-masing. Beliau juga memberikan rekomendasi kepada para Guru Agama Buddha yang tergabung dalam KBTI, untuk ikut serta melestarikan Dhamma dengan cara pengabdian, salah satunya yaitu dengan bergabung bersama Magabudhi atau Wandani. Hal itu bukan tanpa alasan, mengingat pentingnya guru agama Buddha yang berperan juga sebagai Dhammaduta, dengan kata lain, Beliau mengatakan peran aktif Guru Agama Buddha sebagai pelestari Dhamma ajaran Buddha dapat lebih luas lagi, bukan hanya untuk mendidik generasi muda, namun juga bisa mengabdi kepada umat Buddha, khususnya di  manapun Guru Agama Buddha tersebut berdomisili.

Wednesday, 30 March 2016

PATRIA sukses mengadakan Dhamma Talk dengan judul "Healthy Mind, Happy Life"

Minggu, 13 Maret 2016, bertempat di Olympus Ballroom Lt. 9, Pacific Palace Hotel, Batam - Kepulauan Riau, PATRIA sukses mengadakan Dhamma Talk dengan judul "Healthy Mind, Happy Life". Dhamma Talk ini sukses dengan mendatangkan tiga pembicara: 

1. Y.M. Bhikkhu Dhammasubho Mahathera (Ketua Dewan Sesepuh Sangha Theravada Indonesia)

2. dr. R. Surya Widya, Sp.K.J. (Dosen Kedokteran Jiwa)
3. Bapak Tommy Siawira (Pendiri dan Direktur Wealth Mindset Training & Coaching)

Kesuksesan PATRIA bukan kali ini saja, di tahun-tahun sebelumnya PATRIA juga selalu mengadakan kegiatan seperti ini. Hal inilah yang membuat PATRIA semakin kompak dalam menyuarakan Dhamma khususnya di kota Batam. Acara yang dihadiri ratusan peserta ini juga di dukung penuh oleh beberapa Organisasi, diantaranya; MAGABUDHI, WANDANI, PATRIA dan juga Dayaka Sabha Vihara Grha Buddha Manggala. 
Perlu diketahui bahwa, PATRIA merupakan organisasi Nasional yang dikelola oleh pemuda/pemudi Buddhist khususnya dari sekte Theravada yang ada di Indonesia. Bagi para Pemuda/Pemudi khususnya di kota Batam, suatu rekomendasi yang sangat bagus untuk bergabung dalam organisasi ini. Rekomendasi ini juga berlaku bagi para pemuda/pemudi di luar kota Batam, dengan menghubungi Pengurus Cabang PATRIA di wilayah yang bersangkutan. Manfaat dari bergabung dengan Organisasi ini adalah sangat banyak, selain untuk mengisi kekosongan di masa muda dengan hal yang lebih bermanfaat, juga sebagai sarana untuk berbuat kebaikan. Mengapa demikian? karena setiap gerakan dari PATRIA selalu mengarah pada pelestarian Buddhadhamma.
Kami berharap di tahun-tahun berikutnya PATRIA tetap mempertahankan semangat membara atas pengabdian dalam Dhamma. Sesui dengan motto "One Spirit, One Dhamma". PATRIA pasti jaya!



Tuesday, 29 March 2016

Pattidana Ching Ming Festival Minggu, 10 April 2016

Pada tanggal 10 April 2016 mendatang, bertepatan jatuh pada hari Minggu, Vihara Grha Buddha Manggala akan kembali mengadakan Upacara Patidana Ching Ming Festival. Upacara seperti ini rutin diadakan setiap tahunya oleh Vihara Grha Buddha Manggala, mengapa demikian? Dan apakah wajib hukumnya bagi umat Buddha untuk melaksanakan upacara ini?


Alasan yang cukup kuat untuk pertanyaan tersebut adalah, bahwa umat Buddha perlu menanaman rasa berterimakasih, atas apa yang telah dilakukan oleh para leluhur di jaman dulu kepada kita. Menjadi tidak mungkin, hidup tanpa adanya leluhur yang telah mendahului kita, dan tanpa disadari jasa para leluhur sangat besar atas kehidupan saat ini.

Pertanyaan kedua, apakah wajib? Dalam ajaran Buddha tidak ada kata atau istilah “wajib”, mengapa? Karena dibalik kata wajib terdapat keharusan dan paksaan. Istilah wajib lebih ditekankan pada “kesadaran”. Yang dimaksud dengan “kesadaran” disini adalah, hendaknya upacara semacam ini disadari bermanfaat bagi diri sendiri dan para leluhur, karena dengan melaksanakan upacara tersebut menjadi salah satu bentuk penghargaan atau wujud bakti kepada para leluhur yang telah meninggal.

Pattidana dilihat dari sisi sejarah dalam ajaran Buddha

Dalam literature Buddhist, berkenaan dengan riwayat hidup Buddha, diceritakan bahwa pada suatu ketika Buddha sedang menetap di Hutan Bambu Veluvana, tempat tersebut adalah hasil dari kedermawanan seorang raja yang bernama Bimbisara. Raja Bimbisara merupakan raja pertama yang menyatakan untuk menjadi penyokong dan pengikut Buddha.

Monday, 28 March 2016

Penanaman Pohon Bodhi di Lapas kelas II A kota Batam

Sabtu, 26 Maret 2016. Admin VGBM kembali mengabarkan bahwa telah ditanam sebuah pohon Bodhi yang masih dalam ukuran kecil di lingkungan Lembaga Permasyarakatan kelas II A kota Batam. Penanaman dilakukan langsung oleh bhikkhu Santacitto (dari Sangha Theravada Indonesia), Romo Kadim (MAGABUDHI), bapak Eko Winarno (Guru Agama Buddha) dan teman-teman penguni Lapas. Bukan tanpa alasan, penanaman pohon Bodhi tersebut berhubungan dengan adanya Cetiya Dhamma Manggala di area Lapas. Cetiya Dhamma Manggala merupakan Cetiya yang bernaung dibawah bimbingan Sangha Theravada Indonesia, yang pada prosesnya dijalankan sepenuhnya oleh MAGABUDHI PC kota Batam. 

Penanaman pohon Bodhi merupakan salah satu bentuk untuk mengenang akan luhurnya Guru Agung Buddha. Karena, dulunya Pangeran Sidharta pernah bernaung di bawah pohon Bodhi saat berjuang untuk mencapai kesempurnaan, dan akhinya dikenal dengan nama Buddha. Peran Pohon Bodhi sangat penting bagi para petapa pada masa itu, termasuk oleh Pangeran Sidharta. Begitu juga harapan dari MAGABUDHI, agar nantinya pohon Bodhi yang ditanam tersebut bisa memberikan kesejukan untuk masyarakat penghuni Lapas.

Pohon Bodhi adalah salah satu peninggalan Buddha yang masih nyata dimasa moderen sekarang ini. Biasanya, banyak ditanam di area Vihara-vihara yang berdiri di Indonesia. Mungkin, sebagian diantara kita masih ada yang penasaran bagaimana bentuk pohon Bodhi. Khususnya para umat Buddha yang ada di kota Batam, Anda dapat mengunjungi Vihara Grha Buddha Manggala. Tepat di sekitar halaman Vihara ada sebuah Pohon Bodhi dengan ukuran yang lumayan besar, dan dikelilingi oleh perhiasan berupa dua patung Naga serta ditengahnya terletak Patung Buddha. Hal tersebut memberi gambaran bahwa, dulu Guru Agung Buddha pernah mencapai pencerahan dibawah pohon tersebut.