Thursday 20 September 2007

Sejarah Mulainya Pembinaan di Lapas

Namo Buddhaya,

Demikian yang telah kami berikan kepada umat Buddha di Lapas, kami memulai pengabdian, pelayanan Siraman Rohani bagi umat Buddha di Lapas, diawali dengan satu permintaan dari Bapak Amat Tantoso pada akhir bulan November 2005, beliau adalah tokoh masyarakat di Kepulauan Riau, yang mana beliau saat itu berada di dalam lapas, beliau melihat satu kondisi dimana saat itu jumlah umat Buddha ada sekitar 20an orang di dalam Lapas, dan ternyata belum pernah ada Siraman Rohani Agama Buddha, sedangkan agama lain seperti Islam, Kristen, dan Katolik mereka mendapatkan jadwal Siraman Rohani dari majelis masing-masing.

Teringat dalam benak beliau adalah kawannya dalam perkumpulan sosial Yayasan Buddha Tzu Chi Kota Batam, yaitu Bpk. Herman, beliau menghubungi Bpk. Herman, yang kebetulan adalah umat yang sering berkunjung ke Cetiya Buddha Manggala. Bpk. Herman langsung menyampaikan hal ini kepada Kami, Dayaka Sabha Cetiya Buddha Manggala yang saat itu ada Bpk. Djarmin Sugianto selaku Ketua Dayaka, dan Suwarno.
Tentunya dengan respon yang baik, dan itu adalah bagian dari bentuk sebuah pelayanan sosial, maka kami dari Dayaka Sabha Cetiya Buddha Manggala menyetujui untuk memulai satu agenda baru, yaitu Siraman Rohani di Lapas.

Maka kami, yang terdiri dari: Bpk. Herman, Suwarno, dan Bpk. Amat Tantoso menghadap ke Kepala Lapas pada hari Sabtu, 26 November 2005, pukul 09:00 WIB, untuk mendiskusikan rencana memulai Siraman Rohani di Lapas. Bapak Kepala Lapas menyambut kami dengan senang hati, dan beliau justru malah mendukung, dan malah terbalik, di mana beliau yang malah meminta kami untuk mengisi, dikarenakan keterbatasan tenaga staf Lapas dalam urusan agama Buddha.
Sambutan baik dan positif dari Ka-Lapas inilah yang semakin membuat kami bersemangat untuk memulai langkah pelayanan ini, dan akhirnya sebagai agenda perdana, yang kebetulan saat itu ada Bhante Saddhaviro di Kota Batam, maka kami langsung mengajukan jadwal kepada Ka-Lapas untuk memulai Siraman Rohani pada hari Senin, 28 November 2005 jam 09:00-10:30.

Ternyata sambutan baik tak hanya dari Ka-Lapas dan staf Lapas seperti Kasi Binadik saja, namun dari teman2 Buddhis di Lapas menyambutnya dengan senang pula, dengan semangat mereka mau mengikuti Siraman Rohani ini, walaupun dengan kondisi apa adanya, di mana kami memanfaatkan koridor lapas lantai dua, yang biasanya digunakan sebagai tempat tidur karena saking penuh sesaknya warga lapas. Berkat kerjasama dengan warga lapas yang ada, kami dari umat Buddha diberikan ijin untuk menggunakan koridor tersebut. Kehadiran kami dari Cetiya Buddha Manggala benar-benar mendapat sambutan hangat, karena selama ini teman2 Buddhis di lapas sangat "haus" dengan siraman Dhamma.

Siraman Rohani yang perdana diadakan pada hari Senin, 28 November 2005 jam 09:00 s/d 10:30, dengan dipimpin oleh Suwarno, dan penceramah oleh Bhante Saddhaviro, yang mana beliau menjadi sebagai Ketua Bidang Sosial dan Budaya Sangha Theravada Indonesia. Siraman Rohani Perdana Agama Buddha, juga dihadiri oleh Penyelenggara Bimas Buddha Kota Batam, Bpk. Sudir yang telah berkenan membuka Siraman Rohani ini, beliau mengucapkan banyak terima kasih kepada Cetiya Buddha Manggala yang telah membantu tugas beliau sebagai pembimbing umat Buddha di Kota Batam, beliau yang saat ini hanya sendirian bertugas di Kota Batam, merasa terbantu sekali dengan apa yang telah dimulai oleh Cetiya Buddha Manggala ini. Bapak Rudi Tan, selaku Tokoh Buddhis di Kota Batam, turut hadir, dan beliau juga berkenan memberikan pesan kepada teman2 Buddhis di Lapas supaya benar-benar mau belajar Buddha-Dhamma, dan menekuninya, kelak Dhamma yang telah dipelajari dapat berguna, sehingga setelah kembali ke dalam lingkungan masyarakat nantinya, mereka telah dapat berubah menjadi orang yang baik, yang telah menjalankan Dhamma.
Alunan bait-bait paritta suci, yang diawali dengan permohonan Tisarana dan Sila, dibacakan bersama-sama... memang pada awalnya ini, teman2 Buddhis di Lapas, masih sangat asing dengan bait-bait paritta, dan tata-cara ritual yang dilakukan menurut Buku Paritta Suci terbitan Sangha Theravada Indonesia.
Namun dengan tanpa menghilangkan inti dari ajaran Buddha yaitu Meditasi, Mendengarkan & Berdiskusi Dhamma pada waktu yang sesuai, Kami dari Dayaka Sabha Cetiya Buddha Manggala berusaha memberikan porsi terbanyak dengan cara melatih Meditasi dan Ceramah + Diskusi Dhamma.

Sesuai dengan kesepakatan lanjut, Umat Buddha oleh pihak Lapas diberikan jadwal setiap hari Kamis, sebanyak dua kali dalam sebulan, dengan waktu jam 09:00 s/d 11:00 dan tempat yang sama.

Kami sebagai pelayan Umat Buddha, sungguh2 merasa senang, dan bermudita-citta karena dengan melihat kondisi yang ada, ternyata umat Buddha di Lapas benar-benar bersemangat belajar Dhamma ... Tekunlah Belajar Dhamma wahai Kawanku ...