Tuesday 18 September 2007

Dari Cetiya Menuju Graha

Namo Buddhaya,


Berawal dari kebutuhan kami yang mendesak untuk segera mencari lokasi baru guna meneruskan pembinaan Umat Buddha mazhab Theravada, kami bersama Bpk. Rudi Tan, Bpk. Herman dan Bhante Sudhammacaro melakukan survei ke beberapa lokasi pada bulan Agustus 2005, antara lain: di daerah Kampung Nelayan-Baloi .. dan dilanjutkan ke pedalaman di daerah Tiban yang masih penuh ditumbuhi pepohonan. Kami masih belum menemukan yang cocok.

Selanjutnya secara mendadak di penghujung tahun 2005, kami menerima satu kabar yang sangat baik dari Bpk. Herman, beliau dengan niat luhur nan mulia, bertekad mendanakan sebidang tanah dan bangunan seluas 2270m2, yang dulunya adalah dipergunakan sebagai workshop. Kami dari para pengurus dan umat, sungguh senang sekali, dan turut beranumodana... kami siap menerima dana tanah dan bangunan tersebut, yang selanjutnya kami sepakati untuk diserahkan secara langsung kepada Sangha Theravada Indonesia, yang pada saat itu diwakili oleh Bhante Subalaratano selaku Ketua Yayasan Sangha Theravada Indonesia dan Bhante Atimedho selaku Padesanayaka (Bhikkhu Pembina) Wilayah Kepulauan Riau.

Tak lama kemudian di bulan Maret 2006, saat masih dalam suasana Imlek, Bhante Uttamo yang dulunya merupakan Pendiri Awal Cetiya Buddha Manggala di Kota Batam 6 April 1997, berkenan hadir ke Batam lagi, dan bersama-sama dengan PMd. Suwarno serta umat Buddha seperti Bpk. Rudi Tan, Bpk. Sukana hadir dalam proses penyerahan kembali gedung ruko yang bertempat di Kompleks Inti Sakti Blok A No. 2 Nagoya, kepada Bapak Lim A Ah (alm) dan Bapak Gunawan. Bhante Uttamo mengucapkan banyak-banyak terima kasih dan anumodana kepada kedua tokoh Agama Buddha yang telah berjasa sangat besar untuk pengembangan Buddha-Dhamma mazhab Theravada di Kota Batam ini. Semoga jasa kebajikan ini melimpah kepada sanak keluarga Bpk. Lim A Ah dan Bpk. Gunawan, serta semua mahluk,... semoga semua mahluk berbahagia.

Selanjutnya Bhante Atimedho selaku Padesanayaka, dengan tekun membimbing kami, mengarahkan kami... bagaimana memulai pembangunan Graha Buddha Manggala, bersama-sama Bhante Dhammadiro memberikan masukan-masukan seharusnya bagaimana sebuah vihara itu didirikan, dengan menyesuaikan apa yang sudah diatur oleh Sang Buddha.


Kami mulai pindah pada tanggal 25 Juni 2006 ... saat suasana masih di pagi hari, matahari mulai muncul dengan ditutupi awan mendung.

Alunan paritta kami bacakan bersama Bhante Dhammasubho dan Bhante Dhammakaro, berangkat dari Cetiya Buddha Manggala yang berlokasi di Kompleks Inti Sakti Blok A No. 2 Nagoya, menuju lokasi baru di Batu Batam.

Bersama-sama segenap umat Buddha, kami hand-in-hand saling membantu mengangkat Buddha-rupang yang ternyata cukup berat juga.

... akhirnya kami sampai di Batu Batam, sebuah bangunan baru, bekas dari sebuah workshop yang luasnya 2270m2 dan di-danakan oleh pemiliknya Bpk. Herman, kepada Sangha Theravada Indonesia untuk dijadikan sebuah vihara dengan nama Graha Buddha Manggala.

Harapan dari kami... semoga dengan kehadiran kami di lingkungan yang baru, bisa membawa kesejukan, kedamaian dan kemajuan dalam Dhamma dan Kebajikan bagi warga sekitar, dan umat Buddha di kota Batam dan sekitarnya ataupun siapa saja yang berkunjung ke Graha Buddha Manggala.

Salam metta,
Panitia Pembangunan Graha Buddha Manggala